Site icon ERNI BAJAU

Aksi Orasi di Depan Kantor DPRD Provinsi NTT: Suara dari Laut untuk Pulau Kera

Kota Kupang, 15 Mei 2025 —Pagi itu, langit Pulau Kera biru cerah tanpa awan setitik, kecerahan langit kontras dengan suasana hati warga yang gelisah, resah bergolak di dada kami. Saya, ke Pulau Kera bertindak sebagai Ketua Umum POSBI (Perkumpulan Orang Same Bajau Indonesia), kedatangan saya ke Pulau Kera, NTT berkat dari donasi masyarakat Bajau termasuk warga Pulau Kera yang patungan mengumpulkan dana untuk biaya transportasi saya hingga ke Pulau Kera.

Ini adalah hari ketiga saya di Pulau Kera. Hari ini agenda kami adalah Aksi Damai yang akan kami laksasnakan di depan gedung DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Pukul 8 pagi, waktu setempat saya bersama warga menuju ke perahu jolor yang tertambat di pantai tak jauh dari pemukiman warga. Ada 3 perahu jolor, masing-masing bermuatan hingga 50 orang yang akan membawa kami ke pelabuhan perahu pasar Oeba. Membutuhkan waktu kurang lebih 35 menit untuk sampai di Pasar Oeba Kota Kupang.  Di pasar Oeba, 7 unit mobile pik up sudah menunggu kami. Masing-masing pick up berisi 20 orang.

Dengan mobil pick up, yang didesain khusus untuk memuat penumpang, karena telah diberi papan sebagai tempat duduk dan diberi tenda, kami menuju Kantor Gubernur NTT. Dari Kantor Gubernur, kami memulai star aksi damai, berjalan menuju Kantor DPRD Provinsi NTT yang memang tak jauh dari kantor gubernur.

Tiba di halaman Kantor DPRD Provinsi NTT, bersama ratusan warga, mahasiswa, tokoh adat, aktivis, dan simpatisan memulai aksi orasi Tolak Relokasi!

Saya mendapat kesempatan untuk memberikan orasi. Saya berdiri di atas mobil komando, memegang pengeras suara, dan menghela napas dalam-dalam. Saat mata saya menyapu kerumunan, saya melihat wajah-wajah yang tak asing: para ibu yang selama ini mengayuh sampan menjual ikan, anak-anak yang tumbuh bersama pasir dan ombak, dan para lelaki tua yang menjaga karang seperti menjaga pusaka. Semua berdiri di sini, memanggil keadilan yang selama ini menjauh dari mereka.

Di depan kantor DPRD yang jaga ketat oleh ratusan aparat kepolisian, saya bicara bukan sebagai orator politik. Saya bicara sebagai anak laut. Sebagai cucu dari leluhur yang hidup di perahu, yang menjadikan laut sebagai rumah dan Pulau Kera sebagai pelabuhan jiwa.

Orasi saya dapat dilihat dalam video berikut:

Saya tahu perjuangan ini tidak selesai hari ini. Tapi hari ini adalah bukti bahwa masyarakat laut Indonesia khususnya POSBI tidak akan diam. Bahwa masyarakat Pulau Kera tidak sendiri. Bahwa kita, orang Same Bajau, tahu cara mempertahankan rumah kami—dengan damai, dengan martabat, dan dengan cinta pada tanah leluhur.

Hari itu, saya pulang dengan lelah yang tidak biasa. Tapi hati saya hangat karena saya tahu: suara dari laut sudah sampai ke darat.

Exit mobile version