ERNIBAJAU: Jakarta – Sebagai ibu kota negara, Jakarta adalah kota terbesar di Indonesia. Jakarta pun satu-satunya kota di Indonesia yang statusnya setingkat provinsi. Jakarta memiliki luas sekitar 661,52 km² (lautan: 6.977,5 km²), dengan penduduk berjumlah 10.374.235 jiwa (menurut data 2017)
Sebagai pusat bisnis, politik, dan kebudayaan, masyarakat Jakarta terdiri dari berbagai lapisan masyarakat baik penduduk asli Jakarta mau pun yang berasal dari luar Jakarta.
Baca juga:
- Erni Bajau: Terima Kasih atas Dedikasi Tomy Kibu, Sineas Sul-Tra yang Mengeksplor Bajau (Bajo) Melalui Film
- Kegiatan Musyawarah Kabupaten (Muskab) Kekar Bajau Konawe Kepulauan yang Pertama, Terlaksana Sukses, Lancar, dan Meriah
- Erni Bajau: ODIS Bajo Cikal Bakal Organisasi Perempuan Suku Bajau Pertama di Indonesia
- Sengkang Manusia Laut di Torosiaje
- Tradisi dan Makna-Makna Simbolik BUSANA ADAT MASYARAKAT BAJAU INDONESIA
- Erni Bajau Melakukan Sosialisasi Pentingnya Pendidikan ke Desa Bajau Sulaho Kabupaten Kolaka Utara
- Duata Mandi Mayah: Titual Pengobatan Alternatif Suku Bajau
- BUDAYA ANIMISME DAN DINAMISME MASIH KENTAL PADA MASYARAKAT BAJAU TOROSIAJE
- Suku Bajau Membuat Lapangan Futsal di Atas Laut?
Namun ada hal yang kadang menggelitik hati saya, ketika saya bertemu dengan masyarakat Jakarta, baik itu bertemu dengan sekelompok orang, bertemu dalam forum diskusi, acara formal, atau bertemu perorangan, hampir semuanya tidak mengenal kata Bajau, atau ketika saya mengatakan Bajo pun, mereka langsung berasumsi jika saya berasal dari Labuan Bajo.
Jika Anda sebagai orang Bajau, lalu bertandang ke Jakarta, Anda bisa mencoba cari tahu sendiri dan membuktikan opini saya ini. Lau cobalah bertanya pada orang-orang yang Anda temui di Jakarta mengenai suku Bajau.
Oh Erni Bajau dari Labuan Bajo?
Demikian pertanyaan yang sering saya terima ketika saya menyebut nama. Lalu, tugas atau misi saya untuk memperkenalkan suku Bajau pun dimulai. Kurang lebihnya saya akan memberikan penjelasan dari beberapa pertanyaan orang/masyarakat Jakarta seperti ini:
Kenapa bisa namanya Erni Bajau?
Dulu orang tua saya memberikan nama Wiwik, tapi karena sering sakit-sakitan maka atas usulan tetangga, nama saya diganti dengan nama Erni. Seperti kebayakan orang tua suku Bajau yang hanya memberikan satu kata pada nama anak-anak mereka. Karena saya orang Bajau maka saya menambahkan embel-embel kata Bajau atau Bajo pada nama saya, untuk memudahkan orang mengingat saya, mengenal saya, dan mengetahui identas saya khususnya, dan mengenal suku Bajau/Bajo umumnya. Di bangku sekolah sejak saya SD sampai Perguruan Tinggi pun saya dikenal sebagai orang Bajau sehingga melekatlah nama Erni Bajau atau Erni Bajo.
Suku Bajau atau suku Bajo itu dikenal sebagai kelompok etnis yang tinggal di atas laut dan di pesisir pantai. Orang Bajau ini tidak hanya ada di Labuan Bajo, tetapi orang Bajau ini keberadaannya hampir di semua Provinsi di Indonesia. Kami mengistilahkan di mana ada laut, di sana ada orag Bajau.
Orang Bajau itu ada di Sulawesi kah?
Bukan hanya di Sulawesi. Orang Bajau itu ada di semua pulau besar di Indonesia. Di pulau Sumatera ada orang Bajau, saya belum dapat data nama desanya. Di pulau Jawa, orang Bajau ada di pulau Sumenep Madura, yakni di Pulau Sapeken. Di Kalimantan ada orang Bajau di Kota Baru. Di Sulawesi dan di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur pun lebih-lebih banyak orang Bajau. Di Kepulauan Maluku juga banyak kampung Bajau. Harapan saya kedepannya, Forum Bajau Indonesia ini dapat menjikan data-data desa Bajau yang ada di Indonesia sekaligus dengan kuantitas atau jumlah penduduknya.
Berarti Ibu pintar berenang ya?
Wah, itu wajib, bukan hanya pintar berenang, saya jago menyelam. Bukan orang Bajau kalau tidak jago nyelam. Kami sejak lahir dan kanak-kanak sudah beradaptasi dengan laut, karena kami memang tinggal di atas laut. Rumah orang tua saya sampai saat ini masih di atas laut. Saya bisa menyelam sampai 2 menit di kedalaman 6 meter tanpa alat bantu. Tapi itu dulu waktu masih tinggal di kampung saya, di Kelurahan Langara Laut, Kecamatan Wawonii Barat, Kabupaten Konawe Kepulauan. Karena sekarang sudah bertahun-tahun di Jakarta, saya tetap jago berenang tapi kurang yakin dengan ketahanan napas saya karena ketika saya ke pulau Tidung di Kepulauan Seribu, saya sudah kurang kuat nahan napas.
Apakah ada orang Bajau yang tinggal di darat?
Tentu ada, tapi perorangan, atau kelompok. Kalau ada desa berpenduduk suku Bajau saya meragukan itu, karena orang Bajau tidak bisa dipisahkan dari laut. Kalau pun secara geografis mereka tinggal di daerah yang tergolong daratan, tetapi daerah itu pastinya sangat dekat dengan laut, atau tak jauh dari pesisir pantai. Saya pernah mendatangi desa Bajau yang sebagian penduduknya ada yang memiliki ladang. Ya, mereka berladang dan melaut.
Sekarang pun di beberapa desa berpenduduk Bajau ada yang sudah bekerja di birokrasi, sebagai akademisi, dan bekerja di instansi pemerintah lainnya, tetapi keluarga besar mereka pasti di kampung Bajau yang berada di laut atau di pesisir pantai.
Dari uraian singkat di atas, hal yang perlu kita ketahui, bahwa Bajo/Bajau tidak hanya di Labuan Bajo, tidak hanya di Sulawesi, bahkan tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di Malaysia dan Filipina banyak orang Bajau. Kami menyebut diri kami Suku Sama atau Same karena kami menggunakan Bahasa Sama/Same.
Orang Bajau di Sumatera, di pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, menggunakan Bahasa Sama untuk saling berkomunikasi sesama orang Bajau. Orang Bajau di Johor, Sabah Malaysia, di Filipina pun menggunakan Bahasa Sama. Lalu kami yang menyebut diri kami Munsia Sama (Orang suku Sama) ,disebut sebagai Orang Bajo/Bajau oleh orang di luar suku kami yang kami sebut Bagei yakni orang non-Bajau.
Lalu apa yang benar, Bajo atau Bajau?
Untuk penjelasan pertanyaan di atas, silakan membaca artikel saya dengan judul : Asal Usul Orang Bajo, Penamaan Bajo dan Bajau, serta Pemertahanan Bahasa Bajau.
Semoga bermanfaat dan memberikan pengetahuan atau informasi kepada pembaca tentang suku Bajau (Sallah Pasidakauang)