Latar Belakang Novel “Manusia Perahu Terakhir”

Novel Manusia Perahu Terakhir ini adalah novel pertama saya. Saya memulai menulis novel tahun 2015 dan rampung di tahun 2022. Tujuh tahun menulis novel ini, sungguh saya mengalami  kelelahan mental yang luar biasa, mood sering hilang jika tertumbuk pada masalah data yang kurang, misal nama-nama benda yang digunakan, nama-nama ritual, dan banyaknya aktivitas kearifan lokal Bajau yang harus digali dan ditampilkan dalam cerita.

Bermula dari atas panggung Lobi Museum Nasional Jakarta, tahun 2010 ketika profil saya di tulis oleh Mr. Irfan Kortschak dalam buku yang diterbitkan oleh PNPM Peduli dengan judul Invisible People (Mereka yang Tak Terlihat), masih terbayang oleh saya, di atas panggung itu, saya bercerita singkat tentang perjuangan saya agar bisa sekolah di depan Menko Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Agung Laksono dan di hadapan para Duta Besar berbagai negara dengan pembawa acara Rosiana Silalahi, saya mendapat sambutan tepuk tangan meriah sampai-sampai semua yang hadir berdiri memberikan saya tepuk tangan, seolah memberi dukungan bahwa saya tidak boleh patah semangat dan terus berjuang, terus memotivasi para orang tua agar tidak takut anaknya sekolah dan terus menginspirasi generasi muda Bajau agar terus sekolah.

Untuk Pemesanan Novel MANUSIA PERAHU TERAKHIR, Isi Form Pemesanan DI SINI

Saya turun dari panggung Lobi Munas, Mr. Irfan mendekati saya, menepuk bahu saya, saya melihat keharuan di matanya, “Erni, cerita kamu sungguh sangat unik dan menarik, semoga dapat menginspirasi anak-anak Bajo di daerahmu,” yang akhirnya kata-kata Mr. Irfan inilah yang menghantui saya.

Tahun 2014 saya hijrah ke Jakarta melanjutkan studi, lalu bertemu lagi dengan Mr. Irfan, lagi-lagi beliau tak ada hentinya menyuruh saya bercerita lebih banyak tentang Bajau, dan akhirnya keluarlah kata-kata “Erni, kenapa kamu tidak tulis saja cerita kamu ini, mungkin bisa menjadi referensi orang lain yang membutuhkan informasi tentang Bajau

Demikianlah, akhirnya saya terjebak oleh kata-kata Mr. Irfan dan di awal tahun 2015, mulailah saya menulis novel Manusia Perahu Terakhir yang ada di tangan Anda ini.

Materi novel ini ditulis berdasarkan riset dan observasi langsung, mempelajari kehidupan masyarakat Bajau ratusan tahun lalu sungguh membutuhkan waktu. Saya menyebutnya, novel ini adalah ilmu pengetahuan tentang orang Bajau yang saya kemas dalam bentuk novel. Jika ingin mengenal orang Bajau, bacalah novel ini.

Orang Bajau adalah identitas yang diberikan kepada suku Sama, atau lebih dikenal sebagai orang Bajo, merupakan salah satu kelompok etnis yang dimiliki bangsa Indonesia. Suku Sama mendiami hampir seluruh pelosok negeri. Mereka dikenal sebagai masyarakat yang memiliki mata pencaharian nelayan.

Manusia perahu, demikian julukan bagi suku Sama, hidup berkelompok dalam sebuah perahu yang diberi atap berukuran sedang. Perahu itu dihuni satu keluarga atau lebih. Mereka berpindah-pindah atau nomaden mengikuti keadaan alam dan kondisi musim.

Manusia perahu melangsungkan seluruh kehidupan di atas laut dalam sebuah perahu yang mereka sebut soppe’ dan bido’. Menjalani seluruh hidup di atas perahu tentu merupakan hal yang sangat unik, menarik untuk ditelusuri, dan mengundang pertanyaan.

Pertanyaan yang sering timbul ketika mendengar bahwa Manusia Perahu Terakhir adalah novel yang berlatar belakang sejarah masyarakat Bajau di antaranya sebagai berikut:

  1. Bajau itu nama apa?
  2. Orang Bajau itu tinggal di mana?
  3. Asal-usul orang Bajau itu dari mana?
  4. Kalau mereka dulu hidup di atas perahu, bagaimana menjalani sistem hidupnya?
  5. Bagaimana pola asuh anak dalam keluarga?
  6. Bagaimana dengan pendidikannya?
  7. Bagaimana cara mengambil air tawar?
  8. Bagaimana cara membuang sampah?
  9. Kalau ada orang yang meninggal, di mana dikuburkan?
  10. Bagaimana mereka memenuhi kebutuhan harian?
  11. Kenapa mereka berpindah-pindah?
  12. Bagaimana suami istri menjalani waktu privasinya di atas perahu?

Dan masih banyak lagi pertanyaan lainnya.

Beberapa pertanyaan di atas diharapkan dapat terjawab jika membaca novel Manusia Perahu Terakhir

Melalui novel ini, Saya mengajak pembaca berseluncur dalam sejarah orang Bajau. Cerita yang terpapar dalam novel ini adalah cerita yang dikemas dengan sederhana.

Saya berupaya mengungkap sisi kehidupan orang Bajau melalui riset selama kurang lebih tujuh tahun. Cerita semakin manis dengan penyajian sejarah, kisah nyata dan sedikit cerita semifiksi. Saya pun sangat berharap, ke depannya novel Manusia Perahu Terakhir dapat menarik minat penulis asing untuk mengalihbahasakan ke dalam bahasa asing dengan judul The Last Sea Gypsy.

Melalui novel ini pula, saya berharap dapat memberikan referensi informasi tentang kajian budaya masyarakat Bajau di antaranya; sistem sosial, ekonomi, bahasa, dan kearifan lokal, serta sisi kehidupan lain yang tak terungkap seperti kepercayaan atau religi masyarakat suku Bajau dalam bingkai cerita novel yang menarik.

Semoga Anda tertarik untuk membaca novel ini, jangan sungkan menghubungi kontak saya, klik balon WA yang mengambang pada situs ini, semoga bermanfaat??

error: Content is protected !!
Kirim Chat
1
Silakan Chat
Salam,,ini adalah layanan chat Erni Bajau? Apa yang dapat kami bantu?